Indatu Atjeh dilee

Indatu Atjeh dilee Sejarah Atjeh & Adat Istiadat Atjeh

Dalam hal ini saya sengaja mumbuat halaman Aceh Meseuni Online untuk bisa saling berbagi dan agar setiap orang bisa mengenal lebih jauh mengenai seni, budaya dan Adat Istiadat Aceh khususnya.ini sedikit penjelasan mengapa saya membuat halaman Aceh Meseuni Online, Seni Aceh adalah dakwah islam, Sejak zaman dahulu kegiatan kesenian di Aceh dimanfaatkan sebagai salah satu sarana dakwah agama, nah dari itulah saya ingin berbagi dsb.

Tuanku Hasyim menjadi Wali (Vinceroy) Sultan Aceh di Sumatera TimurSetelah ayahnya, Laksamana Tuanku Abdul Kadir, mening...
24/04/2025

Tuanku Hasyim menjadi Wali (Vinceroy) Sultan Aceh di Sumatera Timur

Setelah ayahnya, Laksamana Tuanku Abdul Kadir, meninggal dunia, Tuanku Hasyim Bangta Muda ditunjuk oleh Sultan Aceh untuk menjadi panglima di Aceh Timur dengan daerah yang meliputi Simpang Ulim dan Langkat. Sebagaimana diketahui Laksamana Tuanku Abdul Kadir semasa hidupnya diserahi kepercayaan perwalian Aceh Timur dan Langkat.
Pada tahun 1858 karena kebijaksanaan dan kecakapannya, Tuanku Hasyim Bangta Muda diangkat menjadi Wali Sultan Aceh di daerah Sumatera Timur dan wilayahnya meliputi Deli dan Serdang. Dengan memasukkan Sumatera Timur, wilayahnya sekarang terbentang dari Aceh Timur yaitu dari Simpang Ulim sampai ke Serdang, untuk mempertahankan wilayah ini, ia mengatur basis pertahanan pada tempat yang strategis dan kemudian menyusun kekuatan sebagai pertahanan pada garis terdepan, untuk basis pertahanan ini ia memilih p**au Kampai. Pulau Kampai dibangun sedemikian rupa sehingga merupakan benteng yang terkuat . Hal ini karena p**au Kampai terletak pada jalur pelayaran di Selat Malaka. Dengan memperkuat p**au ini, wilayah Aceh pada bagian Timur akan dapat dibendung dari kemungkinan serangan laut musuh.
Untuk membangun kemakmuran rakyat, ia mememerintahkan kepada rakyat untuk menanam lada. Dengan hasil pertanian lada kehidupan rakyat lebih meningkat dan sekaligus menambah penghasilan negara, Kota-kota pantai sepanjang wilayahnya menjadi lebih ramai akan perdagangan lada, dalam beberapa tahun saja jalur perdagangan makin menjadi luas dan pedagang Aceh telah menempatkan agen-agennya di Penang.
Dalam taktik dan siasat perang Tuanku Hasyim membentuk sebuah badan yang disebut panitia delapan dengan ketuanya ditunjuk Tengku Paya, orang penting yang dekat dengan Tuanku Hasyim, ia sengaja didatangkan dari Aceh Besar ke Aceh Timur dalam merintis penanaman lada. Panitia delapan mempunyai agen tetap yang berkedudukan di Penang. Tugasnya yang paling berat di samping perdagangan juga menyiasati gerak-gerik Belanda di Selat Malaka.
Pada zaman pemerintahan Sultan Alaidin Mansyur Syah, Belanda telah memulai usaha untuk mencaplok wilayah Aceh pada bagian Timur yang kemudian mereka berhasil menduduki Siak. Kemudian Belanda mengirimkan utusannya untuk menemui Sultan Aceh dengan maksud akan mengikat persahabatan, tetapi dibalik itu Belanda secara diam-diam telah memulai aksinya dengan membujuk Sultan Siak. Hasilnya sangat merugikan Aceh, karena wilayah Sumatera Timur yang berada dalam kekuasaan Sultan Siak termasuk Tanah Putih sampai Tamiang mengakui kedaulatan Belanda.

Konflik Aceh dan Belanda di Sumatera Timur (TELUK ARU)

Demikianlah dalam tahun 1853 Tuanku Hasyim Bangta Muda telah diserahi tugas yang berat. Untuk ini segala persoalan yang terjadi di wilayah Aceh Timur akan menjadi tanggung-jawabnya. Setelah Belanda berkuasa di Sumatera Timur, banyak daerah yang mulai ragu akan kekuatan Aceh dan berusaha melepaskan diri. Menghadapi hal ini Tuanku Hasyim berusaha menanamkan kepercayaan pada rakyat, bahwa wilayah tersebut merupakan daerah kekuasaan Aceh yang penuh. Dalam kegiatan ini raja-raja kecil yang telah bimbang kepercayaannya dapat diinsyafkan kembali, maka dapat ditarik kembali ke pihak Aceh.
Melihat gerak-gerik ini Tuanku Hasyim meningkatkan kegiatannya. Benteng-benteng pertahanan diperkuat, alat perlengkapan perang ditambah. Untuk memperlengkapi alat persenjataan beliau berusaha memasukkan senjata dari Penang sebanyak 15,000 (lima belas ribu) pucuk senapan dan beribu peti peluru yang dibeli dengan cara barter.
Dalam strategi pertahanan benteng-benteng terus dibangun, sebagai rangka dalam menghadapi kemungkinan serangan Belanda. Siasat Tuanku Hasyim untuk mematahkan semangat para tokoh yang cenderung memihak pada Belanda, ialah memulai serangan terhadap Belanda.
Adapun orang yang memihak pada Belanda seperti Pangeran Musa Langkat dapat disadarkan dengan jalan mengawini anaknya yang bernama Tengku Ubang. Dengan demikian Pangeran Musa Langkat menjadi mertua Tuanku Hasyim. Biarpun begitu Tuanku Hasyim akan selalu berhati-hati terhadap Pangeran Musa Langkat.
Begitu juga Sultan Muhammad Syekh atau Mat Syekh dapat diinsafkan dan kemudian dapat dijadikan kawan yang baik untuk menghadapi Belanda yang akan menduduki daerah Langkat. Di daerah Tamiang Sultan Muda yang berpihak kepada Pangeran Musa digantikan dengan Raja Bendahara menjadi Raja Seruay. Dengan demikian dapatlah dibasmi musuh dalam selimut oleh Tuanku Hasyim.
Setelah semua dapat dipulihkan, Tuanku Hasyim mengarahkan pandangannya untuk memperkuat p**au Kampai sebagai pertahanan terdepan. Pulau Kampai adalah merupakan pelabuhan dan pertahanan yang strategis di daerah Langkat, untuk menghadapi serangan Belanda ia memperkuat kubu pertahanan dengan dilengkapi peralatan yang cukup. Hal ini dapat berjalan lancar, karena penguasa p**au ini juga adalah orang Aceh yang diangkat Cut Bugam oleh Raja Tamiang, Raja ini bernama Nyak Asan, ia diangkat sebagai pengganti ayahnya. Pada mulanya benteng ini dibangun oleh laksamana Tuanku Abdul Kadir, oleh sebab itu Tuanku Hasyim hanya memperhaharui dan menambah perlengkapan yang diperlukan.
Kemudian beliau membangun lagi benteng pertahanan di Tanjung Pura, Gebang, Besitang, Pangkalan Siata, Bentong Bugak, Pasir Putih, Tualang dan Manyak Payed. Untuk mengepalai benteng-benteng ini diangkat seorang pemimpin yang dikoordinir langsung oleh Tuanku Hasyim. Ia sendiri bermarkas di benteng Pulau Kampai, dengan dibantu oleh Panglima Raja Itam, Adik kandung Tuanku Hasyim, dan Panglima Teuku Cut Latif. Dengan demikian pertahanan-pertahanan Aceh di bagian Timur telah teratur rapi.
Dalam tahun 1862 Tuanku Hasyim secara diam-diam bergerak menuju Batubara untuk menawan Datuk Bungak yang memihak kepada Belanda. Kemudian ia meneruskan perjalanannya ke Bengkalis untuk menemui Asisten Residen Belanda, Arnold. Tujuannya ialah untuk membicarakan beberapa daerah di Sumatera Timur yang melepaskan diri dari Aceh dan mereka yang telah memihak kepada Belanda. Dalam pembicaraan ini Tuanku Hasyim merasa dirugikan, karena rupanya p**au Kampai telah disediakan untuk basis penyerangan Belanda terhadap wilayah Aceh.
Tiga bulan kemudian Belanda mengirimkan Raja Burhanuddin untuk menyelidiki situasi di Sumatera Timur, dan dalam waktu yang bersamaan datang p**a Wetscher dengan ka pal perang Belanda dengan tujuan untuk menyerang langkat, tetapi penyerangan dapat dipatahkan oleh Tuanku Hasyim. Kegagalan Belanda pada penyerangan ini mengurangi kepercayaan Belanda pada Pangeran Langkat, karena Pangeran Langkat tidak menepati janji yang dibuatnya dengan pihak Belanda. Hal demikian disebabkan tindakan Tuanku Hasyim yang lebih cepat dan lebih cekatan. Karena itu untuk kedua kalinya Netscher merasa perlu mengunjungi Pangeran Langkat, tetapi tiada membawa hasil yang diharapkan. Kunjungan ini tidak mendapat tanda tangan persetujuan kedua belah pihak. Sesungguhnya Sultan Langkat akan mendirikan Kerajaan Langkat, tetapi terbentur, karena Langkat masih bernaung di bawah Aceh. Oleh sebab itulah maka Pangeran Langkat mau bekerja sama dengan Belanda untuk melepaskan diri. Akan tetapi yang menjadi persoalan ialah tentang wilayah Tamiang. Kejuruan Tamiang sendiri menentang masuknya kekuasaan Belanda. Karena pengaruh Tuanku Hasyim. Sebab itulah maka kekuasaan Pangeran Langkat menjadi lemah. Karena itu Belanda membentuk Kesultanan Langkat dengan tidak menggabungkan Tamiang dan Aru, sedang teluk Aru merupakan pusat kekuatan, terletak di p**au Kampai yang telah diperkuat oleh Tuanku Hasyim.
Pada tahun 1863 Residen Belanda mencoba sekali lagi menyelesaikan masalah Langkat. Ia datang dengan perlengkapan perang dan dua kapal, dengan tujuan memukul kekuatan Tuanku Hasyim. Tetapi karena kuatnya pertahanan Aceh, Belanda tak dapat mendekati p**au Kampai. Bahkan mereka disambut dengan tembakan meriam, sehingga pasukan Belanda terpaksa mundur kembali.
Rupanya Netscher tidak berputus asa merebut p**au Kampai. Pada penyerangan ini ia mcngikutsertakan Raja Burhanuddin sebagai penyelidik pertahanan Aceh. Tetapi melihat kekuatan Tuanku Hasyim yang menantinya, mereka mengubah haluan kapalnya kembali. Dari jauh mereka memperhatikan bendera Aceh berkibar dengan megah. Kemudian mereka menunjukan arah kapalnya ke Bengkalis.
Benteng Pulau Kampai yang dibangun Tuanku Hasyim telah empat kali mendapat serangan dari Belanda, tetapi dapat digagalkan oleh pejuang Aceh. Begitu juga penyerangan Belanda dari darat dan laut terhadap langkat dapat dipatahkan oleh Pasukan Tuanku Hasyim dan juga penyerangan Netscher kedua kalinya ke Sumatera Timur dapat digagalkan.

Setelah beberapa kali Belanda mengalami kegagalan, kemudian mereka mengirim mata-mata untuk menyelidiki gerak-gerik dan benteng pertahanan Tuanku Hasyim.’ Begitu Belanda mendapat kabar, bahwa Tuanku Hasyim sedang berada di pusat atas panggilan Sultan Aceh, maka Belanda segera mengerahkan kekuatannya menyerang Pulau Kampai, waktu itu pimpinan pertahanan Pulau Kampai diserahkan kepada Tuanku Itam yang dibantu oleh Teuku Cut Latif. Serangan yang cepat itu berhasil dan Belanda dapat merebut benteng p**au Kampai pada tahun 1865.
Sesudah jatuhnya benteng Pulau Kampai ke tangan Belanda sekembalinya Tuanku Hasyim dari pusat, ia memindahkan pusat kekuatannya ke Manyak Payed. Kemudian ia membangun dan menyusun kekuatannya. Selanjutnya ia meningkatkan kegiatan Panitia delapan demi kepentingan perang. Adapun tugasnya, selain perdagangan, yang lebih penting ialah mengawasi kegiatan Belanda di Selat Malaka dalam usahanya menyerang Aceh. Atas usaha Tuanku Hasyim yang gigih dan ulet beliau dapat membendung serangan Belanda dari darat selama kurang lebih lima belas tahun.
(Source: Tengku Puteh)

Sumber: Teuku Dahlan Shah
https://www.facebook.com/share/p/1AcuSvZRXk/

13/02/2024


11/02/2024

OBAT KESUBURAN MENURUT Tgk. ZUBIR

Bagi Wanita
Bahan :
- Daun jaba 7 helai
- Daun Bisa Ular satu genggam

caranya :
rebus daun tersebut sekaligus sampai air nya berubah warna lalu di saring daunnya, tunggu hingga 1-3 menit lalu minum air hasil rebusan tersebut. lakukan hal ini secara rutin.

Bagi Pria
Bahan :
- Air Jeruk Perut 3 Sendok Makan
- Madu 3 Sendok Makan
- Kuning Telur 1

Caranya :
Minum secara terpisah, minumlah obat nya secara rutin.




06/02/2024

pernyataan seorang warga aceh yang kesal terhadap begal yang sedang marak di daerah aceh utara dan kota lhokseumawe

by : Peukateun Aceh





02/02/2024

Bustan Al-Salatin: Karya Sejarah Dunia (Universal History)
Oleh Drs. Yulsafli, M.A.
Ketua Institut Kebudayaan Aceh (Aceh Cultural Institute) ACI;
Dosen Universitas Serambi Mekkah

Bustal Al-Salatin (Taman Raja-Raja) merupakan karya terbesar Nuruddin al-Raniri dan karya terbesar yang pernah wujud dalam kesusastraan Melayu klasik di Aceh. Karya tersebut ditulis atas perintah Sultan Iskandar Thani (1014 H/1637 M) dengan judul lengkapnya Bustan al-Salatin fi Dhikr al-Awwalin wal-Akhirin. Secara Umum, karya tersebut digolongkang sebagai karya ketatanegaraan, di samping Taj al-Salatin oleh Bukhari al-Jauhari dan Thamarat al-Muhimmah oleh Raja Ali Haji. Bustan al-Salatin merpakan gabungan antara sejarah dunia (universal history) dan nasihat untuk raja-raja, yang dipengaruhi oleh penulisan sejarah dan adab dari tradisi Parsi.

Karya ini dikarang oleh Nuruddin ketika di Aceh sudah ada Taj al-Salatin (1603), Sulalat al-Salatin (1612), dan Hikayat Aceh (1606). Melihat bentuk dan isi dari Bustan al-Salatin diperkirakan Nuruddin dipengaruhi oleh ketiga karya sastra tersebut. Terutama oleh Sulalat al-Salatin, dan besar kemungkinan beliau telah bertemu dengan pengarang Sulalat al-Salatin tersebut, yaitu Paduka Raja atau Tun Seri Lanang.

Di samping itu, Bustan al-Salatin ini dalam pembagian bab-babnya sangat mirip sekali dengan pembagian bab-bab Taj al-salatin. Nuruddin dalam mengarang karyanya ini tampak ingin manandingi kehebatan Taj al-salatin, Sulalat al-Salatin, maupun Hikayat Aceh. Karena itu, Nuruddin memulainya dengan kejadian langit dan bumi serta diakhiri dengan sejarah Aceh dengan penutupnya Sultan Iskandar Thani.

Nuruddin Al-Raniri merupakan seorang ulama, pengarang ahli tasawuf yang berasal dari Rander, Gujarat, India. Dia tiba di Aceh sekitar 1637 dan ditabalkan sebagai penasihat di istana Aceh oleh Sultan Iskandar Thani (1636—1641). Karya-karya Nuruddin al-Raniri yang lain di antaranya Sirat al-Mustakim (1634—1644). Pemahamannya dalam bidang tasawuf dapat dibaca dalam beberapa kitab tasawuf karangannya, termasuk kitab-kitab yang ditulis khusus untuk mentang paham wujudiyyah Hamzah Fansuri dan Syamsuddin al-Sumaterani yang telah mencetuskan polemik intelektual di Aceh ketika itu.

Nuruddin al-Raniri kembali ke India secara tergesa-gesa pada tahun 1644 sewaktu polimik tentang Wujudiyyah sedang memuncak di Aceh. Seorang ulama baru bernama Saifulrijal yang berasal dari Minangkabau telah berhasil mengumpulkan pengikut-pengikut Wujudiyyah dan selanjutnya melakukan serangan balasan terhadap hujah-hujah Nuruddin al-Raniri dalam beberapa sesi perdebatan di istana Kerajaan Aceh. Nuruddin al-Raniri akhirnya terpaksa mengalah dan meninggalkan Aceh, p**ang ke tanah airnya. Nuruddin al-Raniri meninggal dunia di India pada 22 Zulhijjah 1068 atau 21 September 1958.

Bustan al-Salatin merupakan karya paling panjang yang pernah dihasilkan dalam sejarah kesusastraan Melayu klasik. Karya tersebut ditulis dalam bahasa Melayu dengan tulisan Jawi. Bustan al-Salatin terbagi dalam tujuh bab. Setiap bab terdiri p**a atas beberapa fasal. Dalam bab satu diceritakan kejadian tujuh petala bumi dan tujuh petala langit, terbagi atas tiga puluh fasal. Dalam bab dua diceritakan segala ambia dan raja-raja, terbagi atas tiga belas fasal. Dalam bab tiga diceritakan raja-raja yang adil dan wazir yang berakal, terbagi atas enam fasal. Dalam bab empat diceritakan segala raja-raja yang pertapa dan segala ambia yang salih, terbagi atas dua fasal. Dalam bab lima diceritaka kelakuan raja-raja yang zalim dan wazir yang aniaya, terbagi atas dua fasal. Dalam bab enam diceritakan orang-orang yang sakhi yang mulia dan orang yang berani dan tinggi-tinggi kedudukannya. Dalam bab tujuh dinukilkan akal dan ilmu firasat dan penyakit dalam ilmu tabib, terbagi atas lima fasal.

Pada bagian pengantar teks tersebut, Nuruddin al-Raniri menulis tentang asal-usulnya dan memberitahukan bahwa Bustan al-Salatin ditulisnya atas permintaan Sultan Iskandar Thani. Pada bagian ini juga dia mencatat bahwa dia mulai menulis teks berkenaan pada 17 Syawal 1047 (4 Maret 1638).

Dari segi genre, Bustan al-Salatin tergolong sebagai karya ketatanegaraaan yang berfungsi sebagai wadah pengajaran yang membentuk moral dan adab raja-raja melalui cerita-cerita nasihat dan peristiwa-peristiwa sejarah. Bustan al-Salatin merupakan satu-satunya karya sejarah dunia dan sastra adab yang terdapat dalam kesustraan Melayu tradisional.

Sampai saat ini manuskrip asal Bustan al-Salatin belum diketahui keberadaannya, kemungkinan besar telah hilang. Manuskrip yang ada sekarang hanyalah salinan yang telah dibuat oleh beberapa orang penyalin. Manuskrip tersebut kini tersimpan di beberapa perpustakaan di beberapa negara. Sekurang-kurangnya ada tiga puluh tiga buah manuskrip Bustan al-Salatin yang dapat diketahui keberadaannya yaitu: 1 di Aceh, 2 di Berlin, 1 di Brussels, 1 di Cape Town, 1 di Colombo, 1 di Franfurt, 3 di Jakarta, 2 di Kuala Lumpur, 13 di Leiden, 5 di London, dan 3 di Paris. Dari ketiga puluh tiga manuskrip tersebut tidak satu pun memiliki salinan yang lengkap, yang mengandung ketujuh bab Bustan al-Salatin. Oleh karena itu, setiap kajian atau penelitian yang akan dilakukan terhadap keseluruhan teks tersebut haruslah dengan cara mengabungkan beberapa buah manuskrip yang berlainan.

(Telah dipublikasikan pada surat kabar Serambi Indonesia, kolom kerja sama Balai Bahasa Provinsi Aceh, 11 September 2016)

24/11/2022

Address

Jl. Tgk Chik Di Tiro
Banda

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Indatu Atjeh dilee posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Share