Lombok Friendly

Lombok Friendly Your Guide to everything Lombok & Beyond. Temukan inspirasi liburan terbaik di Lombok dan sekitarnya! Your guide to everything Lombok & Beyond
(275)

Lombok Friendly menyajikan informasi wisata dalam format vlog dan berita tentang destinasi wisata: alam, sejarah, budaya, kuliner, dan event seru.

Mataram Water Park: Baru Dengar Namanya, Sudah Bikin Geleng-Geleng KepalaSerius, kami benar-benar baru mendengar tentang...
27/04/2025

Mataram Water Park: Baru Dengar Namanya, Sudah Bikin Geleng-Geleng Kepala

Serius, kami benar-benar baru mendengar tentang Mataram Water Park (MWP). Belum pernah lihat, dan baru tau tadi ketika membaca berita Lombok Post berjudul:

"Ironi di Tengah Tekanan Keuangan Daerah, Fasilitas Olahraga di Mataram Berlimpah Tapi Pendapatan Seret.". Silahkan baca selengkapnya di Lombok Post, siapkan kopi biar tidak oleng. 😁🙌

Karena penasaran, kami langsung mencari informasi tentang MWP. Dan berikut hasil penelusuran kami:

Apa itu Mataram Water Park?
Mataram Water Park adalah fasilitas rekreasi air yang dibangun oleh Pemerintah Kota Mataram pada tahun 2009. Konsep awalnya adalah menjadi destinasi wisata keluarga sekaligus penyumbang Pendapatan Asli Daerah (PAD). Sayangnya, setelah lebih dari satu dekade beroperasi, kenyataannya jauh dari harapan.

Berapa Biaya Pembangunannya?
Sampai saat ini, angka resmi total biaya pembangunan awal MWP tidak banyak dipublikasikan. Namun dari beberapa sumber, diketahui bahwa dalam beberapa tahun terakhir, proyek revitalisasi dan pengembangan MWP terus diusulkan dengan angka yang cukup fantastis.

Tahun 2023, Dispora Kota Mataram mengajukan Rp 4,5 miliar untuk perbaikan fasilitas seperti kolam berstandar olimpik dan tribun penonton (Lombok Post).

Tahun 2024, Pemerintah Kota kembali mengusulkan Rp 5,9 miliar untuk revitalisasi, termasuk pembangunan waterboom dan kolam anak-anak (Antara NTB).

Artinya, dalam dua tahun saja, nilai revitalisasi yang diusulkan sudah lebih dari Rp 10 miliar.

Bagaimana Kinerja MWP?
Kalau melihat angka target retribusi, mungkin banyak dari teman teman yang akan ikut kaget.

Pada 2024, target retribusi MWP hanya Rp 10 juta per tahun — dan itu pun konon dapat tercapai dengan kerja keras pengelola. Di tahun 2025, target dinaikkan menjadi Rp 15 juta per tahun. Iya, 15 juta pertahun!

Dalam hal ini pengelola optimistis target baru ini bisa tercapai, tetapi angka tersebut apakah tidak membagongkan? Pedagang kaki lima saja dengan modal kecil bisa menghasilkan hingga belasan juta per bulan, masak ini dengan biaya pembangunan milyaran, target retribusinya cuma 15 juta per TAHUN?

Sebagai ilustrasi sederhana, dengan asumsi pemas**an retribusi Rp 15 juta per tahun, maka dibutuhkan waktu lebih dari 666 tahun hanya untuk mengembalikan dana revitalisasi Rp 10 miliar tersebut. Luar biasa!

Meskipun demikian, pemerintah Kota Mataram tetap berkomitmen untuk menghidupkan kembali MWP. Rencana revitalisasi skala besar, penambahan wahana baru, dan pembangunan kolam bertaraf internasional sudah disiapkan (Antara).

Pertanyaannya:
Jika yang bertaraf lokal saja tidak bisa dikelola dengan baik, bagaimana akan mengelola yang bertaraf internasional?

Rimpu Mantika—The Jewel of BimaRimpu, Lebih dari Sekadar Kain — Ini adalah bukti cinta pada warisan dan martabat.Rimpu b...
26/04/2025

Rimpu Mantika—The Jewel of Bima

Rimpu, Lebih dari Sekadar Kain — Ini adalah bukti cinta pada warisan dan martabat.

Rimpu bukan sekadar pakaian, melainkan simbol kehormatan, kecantikan, dan identitas perempuan Bima. Dalam lipatan Tembe Nggoli, tersimpan filosofi hidup “Maja Labo Dahu” — rasa malu dan takut untuk berbuat salah, yang membentuk karakter luhur masyarakat Bima sejak abad ke-17.

Mari wariskan kebanggaan ini kepada dunia. Karena Rimpu bukan sekadar budaya, Rimpu adalah pernyataan bahwa Bima itu berharga.

Photo credits: / Sumbawa Irul Sirullah / Pesona Bima Dompu

Siap untuk Selamat!Selamat Hari Kesiapsiagaan Bencana 2025. Mari kita jadikan kesiapsiagaan sebagai budaya, bukan sekeda...
26/04/2025

Siap untuk Selamat!
Selamat Hari Kesiapsiagaan Bencana 2025. Mari kita jadikan kesiapsiagaan sebagai budaya, bukan sekedar reaksi. Karena keselamatan bukan milik individu, tapi hak dan tanggung jawab bersama.

Pesan ini disampaikan oleh Dinas Sosial NTB

Photo: Gempa Lombok 2018
Dok. Lombok Friendly

12 Pesona Alam Indonesia dalam Lembaran Rupiah. Berapakah Nilai Pesona Alam Favorit Kalian? Coba periksa uang di dompetm...
26/04/2025

12 Pesona Alam Indonesia dalam Lembaran Rupiah. Berapakah Nilai Pesona Alam Favorit Kalian? Coba periksa uang di dompetmu! 😉

Apa yang kamu lihat? Wajah pahlawan? Oke, itu biasa. Tapi lihat sisi sebaliknya — Indonesia menyimpan kekayaan yang jauh lebih bernilai dari sekadar angka nominal.

Rp1.000:
Danau Toba, Sumatra Utara. Danau vulkanik terbesar di dunia, hasil letusan purba yang mengubah sejarah geologi.

Pulau Maitara, Maluku Utara. Lukisan hidup di balik uang Seribu. Di sinilah ikon "Pulau Maitara dan Tidore dilihat dari Ternate" yang nampak bagaikan surga.

Masih di uang kertas seribu, terdapat p**a Banda Niera di Maluku yang terkenal sebagai surganya para penyelam.

Rp2.000:
Ngarai Sianok, Sumatra Barat. Tebing megah, sungai berkelok di dasar lembah. Indah, dramatis, tersembunyi dibalik hiruk-pikuk kota Bukittinggi.

Rp5.000:
Danau Kelimutu, NTT. Danau tiga warna yang berubah-ubah, tempat orang Lio mempercayakan roh leluhur mereka.

Gunung Bromo, Jatim. Destinasi sejuta turis. Sunrise di lautan pasir. Sakral bagi Suku Tengger.

Rp10.000:
Segara Anak, Rinjani, Lombok—surganya para pendaki, dan disakralkan oleh semua umat—Islam dan Hindu, baik di Bali maupun Lombok.

Wakatobi, Sultra. Taman laut kelas dunia, dengan air sebening kristal, surganya para penyelam.

Rp20.000:
Pulau Derawan, Kaltim. Rumah bagi ubur-ubur yang tak menyengat dan penyu hijau yang langka. Surga bawah laut yang mengagumkan.

Rp50.000:
Danau Bratan, Bali. Pura Ulun Danu yang tenang, refleksi spiritual dan keindahan yang simetris.

Pulau Padar, NTT. Bukit savana yang bergelombang, pantai merah muda berlatar perbukitan hijau terhampar di setiap sisi kerap menjadikannya ikon photo Instagram.

Rp100.000:
Raja Ampat, Papua Barat. Ini dia primadona. Karang, atol, laut sebening kaca, dan ribuan spesies. Dinobatkan sebagai salah satu surga bawah laut terbaik dunia.

Menurut kalian, apakah nilai-nilai yang tertera sudah pas mewakili keindahan alam kita?

Kehadiran alam di dalam lembaran mata uang—tentu bukan hanya sebagai latar estetik, tapi juga sebagai pengingat, bahwa kita kaya dan memiliki segalanya, tetapi apakah kita benar-benar menjaga dan menghargainya?

Peresean, Gendang Beleq dan Kapal Pesiar: WRONG MATCH!Kapal pesiar raksasa Anthem of The Seas bersandar di Pelabuhan Gil...
26/04/2025

Peresean, Gendang Beleq dan Kapal Pesiar: WRONG MATCH!

Kapal pesiar raksasa Anthem of The Seas bersandar di Pelabuhan Gili Mas, hadir sebagai pembuka bulan Maret lalu dengan indah. Dikabarkan mereka membawa lebih dari 5000 wisatawan mancanegara, mayoritas dari Eropa. Berapa persen dari mereka yang turun menjejakkan kaki di tanah sasak?

Sebuah momento untuk memperkenalkan wajah Lombok kepada dunia. Namun, apa yang mereka lihat pertama kali? Sebuah pertunjukan Peresean di bawah terik matahari, digelar di tengah gemuruh suara Gendang. Menenangkan? Mengesankan? Menurut pendapat kami: No! ini kurang pas, wrong match.

Kenapa begitu?

Pertama, Peresean bukan tontonan ringan—sebuah pertunjukan duel adu ketangkasan, penuh adrenalin, dan sarat makna maskulinitas. Demikian p**a dengan Gendang Beleq yang merupakan simbol semangat dan perjuangan.

Menghadirkannya secara gegabah di hadapan para wisatawan yang bahkan belum memahami konteksnya, justru mereduksi makna kulturalnya menjadi sekedar pertunjukan mirip “gladiator”. Tanpa narasi yang tepat, tanpa penjelasan budaya, Peresean berisiko disalahpahami—atau lebih buruk, tidak dipahami sama sekali. Lihat photo di kolom komentar.

Kedua, karakter wisatawan kapal pesiar berbeda. Mereka mencari kenyamanan, ingin melihat keindahan surga tropis yang eksotis dan elegan. Mereka tidak datang untuk melihat “adu kekerasan”, melainkan ingin disambut dengan keanggunan budaya: tarian lembut, senyuman hangat, aroma rempah yang menggoda, dan yang terpenting merasa welcomed, aman, dan nyaman.

Kita tentu bangga dengan budaya kita. Tapi kebanggaan itu harus dibarengi dengan kepekaan dalam menghadirkannya sebagai sebuah pertunjukan dan harus dikemas sesuai konteks, audiens, dan pesan yang ingin disampaikan. Peresean tidak salah. Tapi menaruhnya di depan kapal pesiar Eropa tanpa narasi dan pengantar budaya yang tepat? Kami rasa itu salah tempat.

Terlebih, secara psikologi, orang orang yang datang dari sebuah perjalanan panjang tentunya akan merasa kurang nyaman dengan suara suara keras dan pertunjukan aksi dengan unsur kekerasan. Bukankah kita memiliki sangat banyak pilihan pertunjukan budaya yang dapat memberikan rasa tenang dan menciptakan suasana nyaman.

Mari kita belajar memahami selera, ekspektasi, dan persepsi tamu asing dari perspektif mereka. Khususnya terkait pertunjukan budaya; agar budaya kita dapat dipahami, dihargai, dan dinikmati dengan cara yang tepat dan oleh orang orang yang tepat.

Oleh karena itu, perlu dilakukan pendataan terhadap warisan seni dan pertunjukan budaya yang kita miliki, serta kurasi untuk memilih dan memilah mana yang paling sesuai untuk ditampilkan kepada audiens internasional, dengan mempertimbangkan karakteristik serta situasi mereka.

Kapal Pesiar Ramai: Nggak Ada Duitnya, Kalau Nggak Turun!Lombok Disinggahi 24 Kapal Pesiar Top Dunia Sepanjang 2025, Apa...
25/04/2025

Kapal Pesiar Ramai: Nggak Ada Duitnya, Kalau Nggak Turun!

Lombok Disinggahi 24 Kapal Pesiar Top Dunia Sepanjang 2025, Apakah Sudah Terkonversi Dengan Baik? Berapa persen yang dapat dikonversi?

Bersama Bali, Surabaya, dan Papua, Lombok kembali menjadi salah satu destinasi utama bagi 24 kapal pesiar dunia pada 2025!

Celebrity Millennium, Royal Caribbean Cruise, dan deretan kapal pesiar kelas dunia lainnya telah/akan membawa puluhan ribu wisatawan untuk menikmati keindahan Pulau Lombok sepanjang tahun 2025.

Untuk jadwal sandar dan kedatangan, silahkan lihat di postingan berikut:
https://www.facebook.com/share/p/1CcGwirs9o/

Pertanyaannya, apakah kedatangan mereka terkonversi dengan baik?

Kami tertarik membahas ini setelah membaca komentar salah seorang sahabat di postingan kami sebelumnya;

“Tamunya nggak banyak yang turun”😭
Walaupun komentar lainnya ada yang bersyukur karena mendapatkan 12 tamu asal Mexico.

Inilah yang kami maksud sebagai konversi. Tanpa konversi yang baik, angka kunjungan hanyalah statistik semata, alias nggak ada duitnya bagi masyarakat.

Kunjungan kapal pesiar ke sebuah daerah akan terhitung menguntungkan bagi ekonomi pariwisata kita, jika, dan hanya jika para penumpang turun dari kapal dan mengambil in-land tour. Kalau mereka hanya diam di dalam kapal saja, apa yang mau dihitung sebagai pendapatan? Kalaupun ada yang turun, berapa persen angkanya dari total penumpang?

Konversi hanya akan terjadi jika kita mampu menggoda dan menyentuh rasa ingin tahu wisatawan. Mereka tidak akan turun dari kapal hanya karena melihat pemandangan indah di kejauhan. Mereka butuh alasan kuat. Mereka butuh pengalaman yang otentik.

Untuk itu, mereka perlu dipancing dengan berbagai macam umpan; mulai dari keindahan dan kebersihan kawasan pelabuhan untuk memberikan impresi awal, ketersediaan atraksi seni dan budaya yang unik, pilihan paket in‐land tour yang menarik, dan yang paling vital ketersediaan human resources di area pelabuhan yang dapat memberikan pelayanan yang baik—mampu menciptakan suasana aman, memberikan rasa nyaman, dan meninggalkan kesan yang baik. Ingat: First impressions really are everything.

Apakah keempat poin diatas sudah terpenuhi dengan baik?

Fact checked:
—Suasana pelabuhan yang amburadul dan banyak titik titik yang terjangkau pandangan penumpang terkesan kumuh dan kotor.

—Inland Tour yang monoton. Berdasarkan pantauan online kami dengan menengok pemberitaan di beberapa media, destinasi pilihan yang ditawarkan sepertinya masih monoton, dan terkonsentrasi pada destinasi yang itu, itu saja. Adapun beberapa kunjungan ke Desa Wisata yang dimuat oleh sejumlah media juga terkesan dipaksakan, dan kurang representatif menjadi wajah depan p**au Lombok. Walaupun dalam dokumentasi, para tamu terlihat senang, tetapi apakah itu akan berkesan dan mampu memancing tamu tamu lainnya?

Mengingat durasi sandar kapal yang rata-rata kurang dari 24 jam, memang benar bahwa destinasi yang dipilih harus berada dalam jangkauan waktu yang efisien. Bukankah kawasan Lembar, Gerung, dan Sekotong memiliki begitu banyak potensi wisata yang bisa dikembangkan?

Contohnya, paket island hopping menggunakan fast boat, slow boat, atau catamaran menuju 12 secret gilis di Sekotong; berkuda di pantai Gili Asahan; snorkeling dan scuba diving; heritage tour ke Pura Gunung Pengsong; eksplorasi kawasan Buwun Mas dan sekitarnya; serta kunjungan ke Desa Mareje yang menawarkan panorama sawah terasering dan harmoni kehidupan masyarakat Buddha, Bodha, dan Islam.

Semua ini bisa dikemas menjadi paket in-land tour yang menarik dan berkesan, sekaligus memberikan prioritas manfaat bagi tiga kecamatan yang berada di sekitar kawasan Gili Mas.

Ingat, sebagai tambahan pilihan paket, bukan berarti paket yang sudah ada harus dihilangkan.

—Pemilihan Desa Wisata
Terkait pemilihan desa wisata, tidak bisa sembarangan hanya karena desa tersebut memiliki sawah—hampir semua desa di Lombok juga memilikinya. Mestinya, desa-desa yang dipilih adalah yang memiliki identitas kuat, baik dari segi alam, tradisi dan budaya, maupun nilai historis.

Dengan pendekatan seperti ini, kita bisa menyasar dua tujuan sekaligus: selain menghasilkan pendapatan (revenue), kita juga secara langsung membangun citra pariwisata yang berkualitas dan berkarakter.

—Atraksi seni dan budaya; dari apa yang kami lihat beredar online, yang selalu disuguhkan adalah Gendang Beleq dan Peresean sebagai penyambut Tamu Kapal Pesiar? Menarik.

Kedua tradisi di atas, sangat cocok untuk kegiatan kegiatan besar yang eventual. Bukan untuk kegiatan yang bersifat reguler dan disuguhkan kepada tamu yang baru datang dari sebuah perjalanan panjang.

Baca sisi psikologis mereka. Dalam kondisi lelah, tiba tiba anda disuguhkan pertunjukan atau pentas yang membisingkan telinga dan memicu adrenalin. Tidakkah itu akan membuat mereka semakin pusing? Mestinya kita dapat menghadirkan sesuatu yang lebih elegan secara audio maupun visual; tarian misalnya yang memiliki musik pengiring lembut.

Lombok memiliki banyak ragam tarian menarik yang layak untuk ditampilkan. Atau kalau mau simple, kirim saja 100 orang pemuda pemudi dengan berpakaian adat lengkap yang mewakili semua sub suku di p**au Lombok untuk sekedar mengucapkan selamat datang dengan senyum terbaik mereka. Itu akan jauh lebih mengesankan.

Semoga kita semua bisa memberikan kesan yang baik dengan menunjukkan sisi terbaik dari p**au Lombok baik dari segi keindahan alam, warisan sejarah, dan budaya otentik p**au Lombok.

Satu hal lagi yang perlu diperhatikan: para pedagang sebaiknya tidak terlalu agresif dalam menjajakan dagangan. Jangankan orang asing, kita yang orang lokal saja akan merasa "eneg bin empeq" kalau dipaksa belanja. Brief mereka dengan tegas: jika tamu sudah mengatakan "No, thank you", maka tinggalkan mereka. Jangan terus dikejar, karena hal itu bukan hanya membuat mereka kapok berkunjung, tetapi juga bisa menimbulkan dampak yang lebih buruk. Cerita langsung dari mulut ke mulut oleh orang yang mengalami kejadian itu jauh lebih kuat pengaruhnya dibandingkan iklan apa pun.

Jadi, mohon untuk tidak mencari keuntungan sesaat saja. Mari bersama kita jadikan kesempatan ini sebagai ajang untuk benar benar memperkenalkan potensi terbaik dari p**au Lombok, dan sebagai investasi jangka panjang kita bersama agar semakin banyak kapal pesiar yang sandar dengan durasi yang lebih panjang.

Disinggahi oleh puluhan kapal pesiar dunia tentunya merupakan sebuah sinyal yang bagus bagi perkembangan sektor pariwisata NTB dan sekaligus sebagai indikator keberhasilan branding Pariwisata daerah.

Jika kita bisa memberikan impresi yang baik kepada para tamu kapal pesiar yang notabene adalah para Jetsetter maka pastinya, destinasi, adat, budaya, dan produk ekraf Lombok akan semakin dikenal di dunia dan langsung menyasar wisatawan kelas atas.

Note:
Kami berbicara dengan kapasitas sebagai eks operator Kapal Turis, Eks Pekerja Hotel di semua departemen dari yang paling bawah sampai atas, Seorang Trip Planner, belasan tahun lebih menggiati media pariwisata baik cetak maupun online untuk keperluan publikasi internasional terkait Pariwisata Bali, dan Indonesia secara umum, bukan sekedar sebagai kreator media sosial. Jadi, kami sangat memikirkan hal hal yang kami sampaikan.

Paer sasak ini adalah bumi kita bersama, menjaga, memperkenalkan, dan memajukannya adalah tugas dan tanggung jawab kita bersama. Mari kita lakukan dengan cara yang baik dan benar.

Salam Pariwisata! ✨️🙏

If Friday was a place, it'd be here. 😍Bilesaya beach, TWA Tunak, Mandalika.
25/04/2025

If Friday was a place, it'd be here. 😍
Bilesaya beach, TWA Tunak, Mandalika.

Bendera Provinsi Pulau Sumbawa sudah berkibar? Apa kabar Kabupaten Lombok Selatan, dan Kotamadya Praya?Mimpi siapa yang ...
24/04/2025

Bendera Provinsi Pulau Sumbawa sudah berkibar? Apa kabar Kabupaten Lombok Selatan, dan Kotamadya Praya?

Mimpi siapa yang akan terwujud lebih dulu?

Wacana pemekaran wilayah di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) kembali menghangat. Tiga wilayah muncul sebagai kandidat kuat daerah otonom baru (DOB): Provinsi Pulau Sumbawa, Kabupaten Lombok Selatan, dan Kotamadya Praya. Ketiganya sedang berjuang untuk meraih status administratif baru, namun mimpi siapa yang akan lebih dulu terwujud?

Provinsi Pulau Sumbawa
Wacana pemekaran Pulau Sumbawa sebagai provinsi telah bergulir lebih dari satu dekade. Bahkan sembilan tahun lalu, Wakil Ketua DPR RI periode 2014–2019, Fahri Hamzah, menyebut Pulau Sumbawa sebagai prioritas utama dalam daftar pemekaran wilayah di Indonesia. Namun hingga kini, belum terealisasi. Kenapa kira kira?

Baru-baru ini, sebuah unggahan di media sosial dari akun Facebook Nonda Tuju memperlihatkan "pengibaran bendera Provinsi Pulau Sumbawa", yang langsung dibanjiri beragam reaksi. Walaupun sebagian besar terlihat mendukung, sebagian lainnya terkesan skeptis.

Meminjam bahasanya adik adik kami Edo dan Feryal dari Siar Post: Sumbawa Kembali Berbicara, Bendera Biru membuka kembali percakapan tentang keadilan, identitas, dan masa depan. Ah mantap! ☺️

Namun sayangnya, bendera tersebut bukanlah simbol resmi dan sepertinya belum memiliki legitimasi hukum. Artinya, aspirasi ini masih menunggu keputusan konkret dari pusat. Mungkinkah Sumbawa harus menunggu satu dekade lagi?

Kabupaten Lombok Selatan: Sudah Disetujui DPR, Tinggal Eksekusi?

Dibandingkan Provinsi Pulau Sumbawa, wacana pemekaran Kabupaten Lombok Selatan dari Lombok Timur tampaknya lebih konkret. Usulan pengajuan pembentukan Kabupaten Lombok Selatan ini telah masuk pembahasan DPR RI sejak tahun 2014 dan bahkan sudah disidangkan. Namun hal ini harus tertunda karena adanya kebijakan moratorium dari pemerintah pusat. Sumber: Pikiran Rakyat

Kabupaten Lombok Selatan rencananya akan terdiri dari delapan kecamatan dengan ibukota Terara. Bagaimana kira kira peluang terwujudnya KLS?

Kotamadya Praya: Terdengar keren, ya?

Praya, ibu kota Kabupaten Lombok Tengah, muncul sebagai pemain baru dalam peta pemekaran NTB. Dengan pertumbuhan pesat, terutama setelah pembangunan Bandara Internasional Zainuddin Abdul Madjid, Praya dinilai layak naik kelas menjadi kotamadya.

Wacana ini mencakup enam kecamatan yang berorientasi pada urbanisasi dan pelayanan publik. Meskipun menurut kabar, hal ini baru sebatas usulan dan diskusi di tingkat lokal, dukungan dari elite politik dan masyarakat mulai terbentuk.

Siapa kira kira yang bakal naik kelas duluan?

Benarkah nama Bayan berasal dari bahasa Arab? Mari kita telusuri bersama.Selama ini banyak beredar sumber online yang me...
24/04/2025

Benarkah nama Bayan berasal dari bahasa Arab? Mari kita telusuri bersama.

Selama ini banyak beredar sumber online yang mengatakan bahwa kata Bayan berasal dari bahasa Arab, yang berarti “terang” atau “jelas.”

Menurut buku Suku Terasing Sasak di Bayan terbitan Depdikbud (1989), nama Bayan merupakan pemberian dari Syekh Nurul Rasyid—yang dikenal p**a sebagai Goes Abdul Razak dari Saudi Arabia—penyebar Islam pertama di Pulau Lombok. Kemungkinan yang dimaksud adalah Gaos Abdul Razak. Siapakah beliau? Benarkah beliau penyebar agama Islam pertama di p**au Lombok? Akan kita ulas pada kesempatan lain.

Jika benar demikian, maka nama Bayan baru muncul pada sekitar abad ke-17, d**g?

Menurut beberapa sumber, Syekh Abdul Razak datang ke Bayan untuk "menyempurnakan" ajaran Islam (di Bayan) pada abad ke-17 . Dan agama Islam sendiri sudah masuk ke p**au Lombok pada pertengahan abad ke-16.

Kembali ke asal usul nama "Bayan". Jurnal terbitan Kemendikbud berjudul Ritual Maulid Adat Masyarakat Bayan (2012) menyebutkan Desa Adat Bayan telah eksis sejak abad ke-11 Masehi. Lantas bagaiman bisa nama itu sebagai pemberian Gaos Abdul Razak yang baru datang pada abad ke-17?

Menariknya, meskipun tidak secara eksplisit menyebutkan bahwa nama Bayan berasal dari bahasa Arab, dalam jurnal tersebut, Kemendikbud menjelaskan bahwa kata Bayan terdapat dalam Al-Qur’an dan bermakna: terang, jelas, terbuka, atau terang benderang. Dari sini kami menangkap adanya verifikasi bahwa nama Bayan adalah bagian dari proses islamisasi masyarakat Sasak.

Jika kita mengacu pada Babad Lombok—yang mengisahkan asal-usul masyarakat Sasak sebagai keturunan umat Nabi Nuh yang terdampar di Bayan—maka semua pendapat di atas harus dipertanyakan kembali:

“Konon, ada sepasang umat Nabi Nuh yang terdampar di Pulau Lombok, tepatnya di pantai utara Bayan. Sepasang manusia ini kemudian berkembang biak. Mereka lalu turun gunung dan mendirikan desa di Bayan. Ketika penduduk Bayan kian padat, sebagian berpindah ke Lekong Borok dan membangun Desa Laek.” – Babad Lombok

Bagaimana mungkin sebuah nama yang diklaim berasal dari bahasa Arab dan baru dikenal pada abad ke-16, sudah digunakan sejak abad ke-11, atau bahkan lebih tua?

Mari kita geser sudut pandang dengan menelusuri asal-usul kata Bayan melalui pendekatan linguistik yang lebih luas, yakni dari rumpun bahasa Austronesia?

Dalam konteks bahasa-bahasa Austronesia, kata bayan memiliki makna yang beragam, namun menunjukkan pola yang menarik, terutama di kawasan Filipina dan sekitarnya:

» Bahasa Tagalog (Filipina)
Bayan berarti kota, desa, tanah air, negeri, atau negara. Contoh: Mahal ko ang bayan ko = Saya mencintai tanah air saya.

Kata ini memiliki konotasi yang kuat terhadap identitas kolektif dan nasionalisme.

» Bahasa Ilocano dan Cebuano
Dalam bahasa-bahasa ini (yang juga bagian dari rumpun Austronesia), bayan merujuk pada kota, negeri, atau tanah air. Sama dengan Tagalog.

» Bahasa Melayu dan Indonesia
Dalam bahasa Indonesia modern, bayan memang tidak lazim digunakan sebagai nama tempat. Namun, dalam bahasa Melayu klasik, bayan dikenal sebagai nama burung (burung bayan atau nuri).

Ada p**a pendapat bahwa kata Bayan dalam Bahasa Melayu berasal dari nama seorang tokoh Minangkabau bernama Raja Bayan atau Nakhoda Bayan.

Namun, berdasarkan kedekatan rumpun bahasa dan bukti-bukti linguistik lainnya, sangat mungkin bahwa nama Bayan berasal dari akar bahasa Austronesia (Proto-Austronesia) yang merupakan induk Bahasa Sasak, bukan dari bahasa Arab.

Kembali ke Bahasa Tagalog di Filipina, beberapa kosakata dasar dalam bahasa Sasak juga sangat identik dengan bahasa-bahasa Filipina, seperti panggilan kepada orang tua: Ina’ dan Ama’ dalam bahasa Sasak sangat persis dengan Ina dan Ama dalam bahasa Tagalog, Ilocano, serta di beberapa wilayah Polinesia dan Pasifik.

Apakah ini hanya kebetulan? Rasanya tidak. Ini merupakan petunjuk kuat bahwa kata Bayan kemungkinan besar berasal dari akar bahasa Austronesia, yang secara alami dituturkan oleh masyarakat Sasak sejak masa lampau.

Kami sendiri meyakini, bahwa nama Bayan bukanlah hasil dari proses Islamisasi semata, melainkan sebuah warisan bahasa yang lebih tua, yang telah ada di gumi paer Sasak dan digunakan secara luas oleh para penutur Austronesia—dari Nusantara hingga Taiwan, Filipina, Pasifik dan Polinesia. Dimana kata Bayan berarti; Kota, negeri, Desa, Tanah Air.

Hal ini diperkuat oleh temuan arkeologis di Situs Gunung Piring, Pujut, pada tahun 1976. Analisis terhadap artefak-artefak yang ditemukan menunjukkan kesamaan budaya yang kuat antara masyarakat Sasak di Lombok dengan komunitas prasejarah di Palawan, Filipina. Dan sekaligus juga sebagai bukti adanya jaringan budaya Austronesia yang luas dan interkoneksi antar komunitas sejak masa prasejarah.

Dari sini, kami juga menjadi ragu jika asal usul Suku Sasak dan penamaannya sesuai dengan catatan sejarah yang ada. Akan kita bahas pada kesempatan berikutnya.

Silahkan jika ada pendapat yang berbeda, karena kami bukanlah ahli. Kami hanya s**a membaca dan mempelajari sejarah, terutama untuk keperluan penyusunan narasi sejarah dengan merujuk pada sumber-sumber terpercaya untuk memperkuat identitas destinasi wisata kita.

Bagi yang ingin belajar lebih dalam tentang sejarah Lombok, kami sarankan untuk mengikuti » Lombok Heritage and Science Society «

Ah, editannya keras!Tidak, kawan. Ini tidak diedit. Silahkan dibaca agar tidak suudzon.Namanya Slow Speed atau Long Expo...
24/04/2025

Ah, editannya keras!
Tidak, kawan. Ini tidak diedit. Silahkan dibaca agar tidak suudzon.

Namanya Slow Speed atau Long Exposure Shot. Kalian juga bisa menghasilkan foto dengan efek air sehalus kapas menggunakan teknik ini. Caranya cukup sederhana:

1. Pada smartphone kalian, pilih mode kamera Pro atau Manual.

2. Atur ISO serendah mungkin: 100 atau 50.

3. Naikkan Shutter Speed ke angka minimal 1 atau 2 detik, tergantung tipe HP yang digunakan.

4. Gunakan tripod agar kamera tidak bergerak.

5. Pastikan memotret di kondisi cahaya rendah, misalnya sebelum jam 7 pagi atau setelah jam 6 sore. Alternatif lain, gunakan filter lensa untuk mengontrol cahaya jika kalian ingin melakukannya di saat cahaya tinggi.

Teknik yang sama juga bisa digunakan untuk memotret lalu lintas malam hari agar menghasilkan foto dengan kilatan cahaya warna-warni di jalan raya.

Untuk lebih lanjut, silakan bertanya kepada teman yang ahli fotografi—kami hanya penikmat, bukan ahli.
Tapi kami s**a memotret.

Salam husnuzzan! ✌️

Lebih terbelakang, tetapi memiliki Sejarah Penerbangan yang lebih kaya dari Bali?Banyak yang mungkin tidak mengetahui  b...
23/04/2025

Lebih terbelakang, tetapi memiliki Sejarah Penerbangan yang lebih kaya dari Bali?

Banyak yang mungkin tidak mengetahui bahwa Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB)—yang kerap dinilai lebih tertinggal dibanding saudaranya, Bali—justru menyimpan sejarah penerbangan yang mungkin lebih kaya dari Bali.

Jika kita semua sepakat bahwa Bandara I Gusti Ngurah Rai, Denpasar sebagai satu satunya bandara yang pernah ada dan masih beroperasi di provinsi Bali hingga hari ini, maka sejatinya provinsi NTB amat sangat jauh lebih kaya terkait penerbangan daripada Bali dengan memiliki total 6 bandara, walaupun tiga diantaranya sudah tidak aktif.

Berikut 6 Bandara di Provinsi Nusa Tenggara Barat:

1. Bandara Rambang – Lombok Timur
Dibuka: 1930
Status: Tidak aktif dan terbengkalai

Terletak di Kabupaten Lombok Timur, bandara ini dibangun oleh pemerintah Hindia Belanda pada sekitar tahun 1930-an. Meskipun kondisinya kini telah terlupakan dan bahkan kabarnya beralih fungsi menjadi tambak udang dan garam¿, Bandara Rambang pernah menjadi bagian dari sejarah penting penerbangan global.

Catatan Sejarah:

20 Oktober 1934: Rambang menjadi titik transit dalam The MacRobertson Air Race, lomba penerbangan internasional dari London ke Melbourne.

Pesawat Douglas DC-2 PH-AJU “Uiver” milik KLM menggunakan Rambang sebagai home base, dan berhasil menjadi juara dua—membawa nama Lombok ke panggung dunia.

Akhir 1934: Qantas Empire Airways Ltd. menjalankan penerbangan perintis London – Singapura – Batavia – Surabaya – Rambang – Koepang – Darwin, meskipun belum mengangkut penumpang karena pembatasan hukum kolonial.

1935: Setelah mendapat izin resmi, Qantas mulai melayani penerbangan penumpang reguler lintas Asia-Australia, menjadikan Rambang simpul penting dalam rute ini.

1936: Pilot wanita legendaris asal Selandia Baru, Jean Batten, singgah di Rambang dalam penerbangan solo bersejarah dari London ke Auckland.

1938: Maskapai K.N.I.L.M. membuka layanan internasional ke Prancis, Indo-China, dan Australia—dengan Rambang sebagai salah satu titik transitnya.

2. Bandara Bangko Bangko – Lombok Barat
Dibuka: Sekitar 1945
Status: Tidak aktif, tidak pernah digunakan

Dibangun oleh tentara Jepang menggunakan sistem kerja paksa (romusha), bandara ini dirancang sebagai bandara untuk keperluan militer Jepang.

Sayangnya, Jepang belum sempat menikmati bandara ini karena Indonesia lebih dulu merdeka. Dan yang lebih disayangkan lagi,, bandara ini juga tidak pernah terurus dan sekarang menjadi istana kelomang dan kepiting.

Lokasi eks bandara ini tidak jauh dari pantai Bangko Bangko atau Desert Point. Di bawah tahun 2010-an, kita harus melalui bekas bandara ini untuk bisa menuju pantai.

3. Bandara Selaparang – Kota Mataram
Dibuka: 1959
Status: Tidak aktif (ditutup tahun 2011)

Bandara Selaparang pernah menjadi gerbang utama Pulau Lombok. Berlokasi di pusat Kota Mataram, bandara ini sibuk melayani penerbangan domestik lintas kota dan provinsi sebelum akhirnya ditutup karena kehadiran Bandara Internasional Lombok atau Bandara Internasional Zainuddin Abdul Majid.

4. Bandara Internasional Lombok – Lombok Tengah
Status: Aktif
Dibuka: 2011

Menggantikan Bandara Selaparang, Bandara Internasional Lombok (BIL) atau BIZAM, kini menjadi gerbang utama Pulau Lombok. Bandara ini mampu melayani pesawat berbadan lebar dan rute internasional langsung, serta menjadi infrastruktur strategis dalam mendukung pariwisata NTB.

Sayangnya, telah beroperasi selama hampir 13 tahun, bandara ini hanya melayani beberapa penerbangan internasional saja.

5. Bandara Sultan Muhammad Kaharuddin III – Sumbawa Besar
Dibuka: ?
Status: Aktif

Bandara yang sebelumnya bernama Bandar Udara Brang Bidji ini melayani wilayah barat Pulau Sumbawa dan memiliki sejarah yang cukup panjang. Dibangun pada era pemerintahan Hindia Belanda sebagai lapangan terbang kecil, fasilitas ini kemudian dikembangkan oleh pemerintah Indonesia menjadi bandara domestik.

Sekarang, bandara ini menjadi penghubung penting antara Sumbawa Besar, Mataram, dan beberapa kota besar lainnya di Indonesia.

Catatan sejarah:
Menurut Aviation Safety Network, pada 14 Februari 1977, pesawat Douglas C-47A (DC-3) milik National Air Charter mengalami kecelakaan di dekat Bandara Brang Bidji.

6. Bandara Sultan Muhammad Salahuddin – Kota Bima
Dibuka:
Status: Aktif

Sejarah bandara Sultan Muhammad Salahuddin di Bima ini berawal dari pendaratan darurat pesawat Vickers Vimy milik dua pilot Belanda pada tahun 1919 di tepi Teluk Bima. Lokasi itu kemudian dikembangkan menjadi landasan udara dan mulai dikelola resmi oleh pemerintah daerah pada 1969.

Pada Juli 1972, bandara ini diresmikan sebagai bandara kelas III dengan landasan pacu sepanjang 1.650 meter.

Nama bandara ini diambil dari Sultan terakhir Kesultanan Bima, Sultan Muhammad Salahuddin, sebagai bentuk penghormatan terhadap tokoh sejarah lokal.

Bagaimana dengan Bandara di Bali?
Bandara Ngurah Rai memang saat ini menjadi bandara tersibuk kedua di Indonesia. Dibangun pada 1931 oleh pemerintah kolonial sebagai landasan rumput bernama Bandara Tuban, bandara ini baru dikembangkan lebih serius oleh Jepang selama masa pendudukan. Transformasinya menjadi hub internasional baru benar-benar dimulai setelah kemerdekaan Indonesia, terutama setelah 1960-an. Nama "Ngurah Rai" baru diberikan pada 1969 untuk menghormati pahlawan nasional Bali.

Bagaimana menurut teman teman, ternyata daerah kita bukannya kurang diperhatikan oleh pemerintah dari masa ke masa, akan tetapi sepertinya kita saja yang kurang peduli. Buktinya, kita memiliki tiga eks bandara yang tidak terurus; ada yang menjadi istana kepiting, tambak garam dan udang, dan ada juga yang sepertinya bakal menjadi istana kunti 😁

Address

Pringgarata, Lombok Tengah
Lombok
83562

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Lombok Friendly posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Contact The Business

Send a message to Lombok Friendly:

Share

Lombok Friendly

Your free guide to everything Lombok - Sumbawa and Beyond