23/05/2025
Ringkasan Sejarah Haji Indonesia Abad ke-19
Perjalanan Haji dengan Kapal Layar (1800-1873)
Pada abad ke-19, jemaah haji Indonesia menempuh perjalanan ke Tanah Suci menggunakan kapal layar yang membutuhkan waktu 5-6 bulan, termasuk transit. Durasi perjalanan sangat bergantung pada kondisi cuaca dan musim angin, dengan pemberangkatan tercepat pada bulan Jumadil Awal. Rute yang dilalui mengikuti jalur perdagangan karena kapal-kapal haji tersebut juga berfungsi sebagai kapal dagang. Perjalanan dari Singapura ke Jeddah memakan waktu sekitar 3 bulan, sementara dari Batavia bisa lebih lama karena harus berkali-kali transit ganti kapal.
Transisi ke Kapal Uap dan Sistem Karantina
Setelah Terusan Suez dibuka pada 1869, pemerintah kolonial mengubah transportasi haji dari kapal layar ke kapal uap pada 1873 karena kapasitas kapal layar tidak lagi memadai. Sejak 1873, semua jemaah haji dari Indonesia, Semenanjung Tanah Melayu, dan Anak Benua India wajib menjalani karantina di stasiun karantina Laut Merah selama 3-5 hari tergantung status kesehatan daerah asal. Jemaah dari kota yang terjangkit wabah seperti Surabaya (pest) dan Singapura (kolera) harus dikarantina 5 hari, sedangkan dari Semarang dan Batavia cukup 3 hari.
Kondisi Karantina dan Dampak Perang Dunia I
Fasilitas karantina di Laut Merah sangat terbatas dan sering kali penuh, sehingga sebagian jemaah harus dikirim ke Toor di Mesir. Selama Perang Dunia I, stasiun karantina tidak berfungsi dan tidak ada jemaah Indonesia yang menunaikan haji. Setelah perang hingga 1923, proses karantina dipindahkan ke Jeddah karena Inggris belum memfungsikan kembali pusat karantina sebelumnya. Setelah menyelesaikan karantina, jemaah melanjutkan perjalanan ke Yalamlam untuk mengambil miqat haji, dengan kapal-kapal umumnya tiba di Jeddah pada akhir Zulkaidah sebelum puncak haji.
Sumber : Detik.com
MasyaAllah, sungguh perjuangan luar biasa, sekarang naik haji cuma 9 jam terbang. Alhamdulillah kemudahan zaman.
"Ketika niat suci bertemu tekad yang kuat, tidak ada jarak yang terlalu jauh dan tidak ada waktu yang terlalu lama. Nenek moyang kita rela mengarungi lautan selama 6 bulan untuk rukun Islam ke lima. Menghadapi badai dan ombak besar, demi menunaikan panggilan Allah.โ
Rasulullah SAW bersabda :
"Barang siapa yang berhaji dan tidak berkata kotor dan tidak berbuat fasik, maka ia akan kembali seperti pada hari ia dilahirkan oleh ibunya.": (HR. Bukhari, Muslim, An-Nasa'i)
"Haji mabrur tidak memiliki balasan selain surga.": (HR. Bukhari, Muslim)
"Haji mabrur dapat menghapus dosa kecil dan besar.": (HR. Tirmidzi, Ibnu Khuzaimah, dan Ibnu Hibban)
__
Yuk tunaikan Ibadah Haji & Umroh hingga Moslem Tour Mancanegara bersama Luna Amanah, InsyaaAllah amanah.
Komitmen Kami memberikan layanan terbaik bagi perjalanan dan kekhusyu'an ibadah anda tanpa merasakan was-was sejak 2014 oleh Jemaah dari berbagai wilayah Indonesia.
๐ Whatsapp 0811 441 109
๐
Akreditasi A Kemenag