19/07/2024
ASAL-USUL DAN ADAT ISTIADAT SUKU DI NUSA TENGGARA BARAT
Suku Sasak adalah etnis yang menempati Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat, dengan populasi mencapai 3 juta jiwa. Dari jumlah tersebut, 2,5 juta masih bertahan di tanah leluhur mereka, sementara 500 ribu lainnya tersebar di seluruh penjuru Indonesia.
Meskipun beberapa kelompok Suku Sasak masih menjalani hidup secara tradisional dengan penuh kebanggaan, sebagian lainnya telah mulai merangkul modernitas. Desa Sade adalah salah satu permata tersembunyi di Lombok yang menjadi rumah bagi sekitar 700 warga Sasak asli. Desa ini sering menjadi tujuan wisatawan yang ingin merasakan dan menyaksikan keotentikan kehidupan Suku Sasak.
ASAL-USUL SUKU SASAK
Konon, Suku Sasak telah mendiami Pulau Lombok sejak 4000 tahun sebelum Masehi. Ada yang meyakini bahwa mereka adalah hasil perpaduan antara penduduk asli Lombok dengan pendatang dari Suku Jawa yang berasal dari Kerajaan Mataram Kuno. Nama "Sasak" sendiri memiliki makna mendalam dan pertama kali ditemukan pada Prasasti Pujungan di Tabanan, Bali, yang berasal dari abad ke-11. Beberapa ahli berpendapat bahwa "Sasak" berasal dari kata sak-sak yang berarti "sampan".
Dalam Kitab Negara Kertagama, Sasak dan Lombok disebut dengan penuh keagungan sebagai "Lombok Mirah Sasak Adi". Jika diterjemahkan, Lombok berarti "lurus atau jujur", Mirah berarti "permata", Sasak berarti "kenyataan", dan Adi berarti "baik atau utama". Makna ini menyiratkan bahwa "Kejujuran Adalah Permata Kenyataan yang Baik".
BAHASA DAN ADAT ISTIADAT SUKU SASAK
Bahasa Sasak adalah identitas yang melekat erat pada suku ini. Bahasa ini digunakan sehari-hari oleh masyarakat Sasak, terutama di pedesaan. Untuk urusan pendidikan, perkantoran, dan komunikasi antar suku, mereka menggunakan bahasa Indonesia. Seperti Bahasa Jawa, Bahasa Sasak juga memiliki tingkatan yang berbeda, dari yang paling formal hingga yang paling santai, tergantung kepada siapa mereka berbicara.
Adat istiadat Suku Sasak sangat unik dan penuh dengan nuansa tradisional yang menggetarkan. Salah satu tradisi yang paling terkenal adalah merarik atau kawin lari. Dalam tradisi ini, seorang pria akan "menculik" wanita yang ingin dinikahinya dan menitipkannya di rumah kerabat. Keesokan harinya, pria tersebut, ditemani empat orang, akan memberi tahu keluarga wanita tentang "penculikan" itu melalui proses yang disebut Nyelabar.
Selama Nyelabar, pihak pria tidak boleh mengungkapkan tempat si wanita disembunyikan. Jika proses ini berjalan lancar tanpa keributan, kedua keluarga akan mengadakan musyawarah atau Masejatik di rumah keluarga wanita untuk membahas pernikahan. Pernikahan ini biasanya dilaksanakan dengan upacara adat yang penuh makna serta agama.
Melalui perjalanan panjang sejarah dan tradisi yang kaya, Suku Sasak terus mempertahankan identitas dan kebudayaan mereka, meskipun di tengah arus modernisasi yang semakin kuat. Mereka adalah cerminan dari keuletan, kebanggaan, dan keindahan yang terjalin erat dengan tanah Lombok.