07/07/2025
Prakerin di Payungi
Lima bulan adalah waktu yang lebih dari cukup untuk sebuah transformasi. Terutama bagi delapan siswa SMK Islam Bani Hasan Tonawi Lampung Timur yang menjejakkan kaki di Payungi untuk menjalani Prakerin (Praktik Kerja Industri). Ini bukanlah sekadar kurikulum seremonial yang diwajibkan, melainkan sebuah perjalanan nilai yang bertujuan membentuk kesadaran paling krusial pada diri seorang siswa yaitu mengubah diri sendiri.
Dimulai dengan meleburkan diri dalam kehidupan bersama komunitas, entitas usaha, atau lembaga masyarakat. Mereka tidak hanya belajar, tetapi juga menerapkan disiplin yang mungkin belum pernah mereka kenal sebelumnya. Delapan siswa dari sebuah desa di Sukadana ini akhirnya menemukan ritme atau siklus yang baru yaitu bangun lebih pagi dengan terpaksa, berkegiatan untuk berjumpa makna, hingga bertemu malam menjelang tidur, serta membawa refleksi atas hari yang telah dilewati.
Kegiatan di Payungi, mulai dari pesantren wirausaha, WES Nobar (Nonton Bareng), reading book, kelas video, desain grafis, barista kopi, urban farming hingga berdagang Minggu, semuanya berpadu dengan spirit pendidikan transformatif. Awalnya, mungkin kenyamanan dan imbalan material dari praktik berdagang di Payungi terasa menggiurkan. Namun, seperti yang tertulis, ini bukan perjalanan material semata, prakerin di Payungi adalah perjalanan nilai.
Ketika kita bicara nilai, kita sedang membangun kesadaran, tanggung jawab, dan disiplin. Pertanyaannya, mengapa warga Payungi, hingga hampir tujuh tahun ini, memiliki kekuatan kolektif yang begitu solid? Apa dorongan nilai yang membuat mereka terus bersama? Mengapa gotong royong menjadi kebudayaan yang mengakar di Payungi? Omset tiap gelaran bukan lagi tujuan utama tapi Payungi mulai menyadari ada yang jauh lebih mahal dari materi.
Bagaimana semua lapisan usia tumbuh dengan kapasitas yang berbeda-beda, namun satu sama lain memiliki ikatan yang erat?
Dalam sebuah masyarakat dengan gerakan pemberdayaan ekonomi yang solid, gagasan selalu dihargai. Mereka memiliki kesadaran gerakan yang melampaui standar masyarakat umum. Ide dan inovasi bukan hanya didengar, tapi juga dipraktikan bersama.